TRANSFER PROTON
Dalam ilmu kimia, ada tiga partikel terkecil dalam suatu zat, dan ternyata partikel itu bermuatan. Sedangkan dalam ilmu fisika muatan itu memiliki energi. Partikel yang dimaksud adalah proton (bermuatan positif), elektron (bermuatan negatif), dan neutron (tidak bermuatan atau netral). Begitu halnya dengan manusia, terkadang menilai, menanggapi, atau melihat suatu hal dari segi positifnya (positive thinking), terkadang dari segi negatifnya (negative thinking), dan bahkan terkadang pula tidak memiliki penilaian. Memproduksi proton yang lebih banyak akan membuat hal-hal positif dalam diri kita akan mengalir dengan baik, bahkan bisa mengalir ke orang di sekitar kita, begitu pula sebaliknya.
HARDIKNAS menjadi renungan untuk proses dan pencapaian pendidikan di Indonesia. Pendidikan bukan hanya membagi atau mentransfer ilmu yang hanya terpaut pada ruangan persegi saja, tapi makna pendidikan sesungguhnya lebih daripada itu. HARDIKNAS harusnya bukan hanya menjadi moment yang penting untuk guru, dosen atau mereka yang berada di lingkungan pendidikan saja, tapi HARDIKNAS adalah momen yang sangat penting bagi seluruh rakyat Indonesia. Momen ini tidak kalah pentingnya dengan Hari Kemerdekaan.
Pendidikan sejatinya adalah penyebaran proton (positive thinking) kepada diri kita sendiri dan orang lain. Penyebaran proton hanya akan berhasil jika kita memproduksinya lebih banyak. Ilmu adalah cahaya, cahaya adalah hal yang positif. Ilmu akan mudah diserap apabila kita dipenuhi proton. Transfer proton atau ilmu ini tentu tidak hanya dilakukan oleh seorang guru di sekolah saja, tetapi siapa pun bisa melakukannya. Kepada siapa pun kita bisa belajar dan mengajar, asalkan saat belajar kita menghadirkan proton yang lebih banyak.
Kunci utama dari sebuah pendidikan adalah keluarga. Orang Tualah yang sesungguhnya menjadi guru untuk anak-anak mereka, guru hanyalah sebuah peran tambahan untuk membantu orang tua. Terkadang kita melihat dalam dunia pendidikan saat ini, ketika seorang anak mengalami kesenjangan negatif dalam belajar, maka yang hanya disalahkan hanyalah gurunya di sekolah. Tanpa berfikir apakah anak berangkat ke sekolah dengan produksi proton yang banyak dari rumahnya atau hanya justru produksi elektronnya yang lebih banyak. Padahal anak hanya kurang lebih 6 - 8 jam saja mereka berada di sekolah, selebihnya mereka menjadi tanggungjawab orangtuanya. Maka sebaiknya orangtua dan guru haruslah menjadi partner dalam pendidikan anak, bukan malah saling menyalahkan. Inilah pentingnya orangtua memproduksi proton yang lebih banyak, agar energi positif dapat diserap oleh anak, sehingga anak akan dengan mudah menerima transferan ilmu di sekolah bahkan di masyarakat.
Apapun pencapaian anak baik di sekolah maupun dirumah, bahkan di masyarakat, sebaiknya orang tua dan guru janganlah langsung menghadirkan neutron dalam menilainya. Tapi hadirkanlah proton dalam menanggapinya. Karena yakinlah setiap anak memiliki titik capaian mereka dalam bidangnya masing-masing. Orang tua dan guru pun tidak boleh memaksa anak untuk menggeluti profesi yang anak tidak minati. Karena dalam menjalaninya anak hanya akan memproduksi elektronnya. Tapi dukunglah anak terhadap bidang yang dia senangi, semakin senang anak maka semakin banyak produksi protonnya dan semakin sukses di bidangnya. Tentunya semua ini tidak terlepas dari doa orangtua dan gurunya.
0 Komentar