HARI PENDIDIKAN NASIONAL 2025 : SAATNYA BAHASA INDONESIA MENJADI GAYA HIDUP GENERASI MUDA
Oleh : Dr. Maria Ulviani, S.Pd.,
M.Pd.
Bahasa Indonesia merupakan identitas nasional yang mempersatukan masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Namun, di tengah era globalisasi dan perkembangan teknologi yang pesat, bahasa ini menghadapi tantangan besar, terutama di kalangan generasi muda. Mereka lebih banyak menggunakan bahasa gaul, singkatan, dan campuran bahasa asing, yang berpotensi mengikis keutuhan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu.
Kondisi ini menunjukkan perlunya langkah konkret untuk merevitalisasi Bahasa Indonesia, menjadikannya tidak sekadar alat komunikasi formal, tetapi juga bagian dari gaya hidup generasi muda. Pendidikan menjadi kunci utama dalam membentuk sikap positif terhadap bahasa nasional. Sekolah, kampus, dan komunitas literasi harus menjadi ruang yang mendorong penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar secara kreatif dan relevan. Kampanye bahasa yang dekat dengan dunia anak muda—melalui media sosial, musik, film, hingga gim—juga penting agar Bahasa Indonesia terasa keren, gaul, dan membanggakan,
Momentum Hari Pendidikan Nasional 2025 harus dimaknai sebagai ajakan bersama untuk menanamkan kembali kecintaan terhadap Bahasa Indonesia. Sudah saatnya generasi muda tidak hanya fasih berbahasa asing, tetapi juga bangga menggunakan bahasa sendiri dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Karena bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga cerminan jati diri bangsa.
Pengaruh Bahasa Asing dan Bahasa Gaul
Generasi muda kini hidup di era digital yang penuh
dengan pengaruh budaya global. Konten media sosial, film, musik, dan permainan
daring (online gaming) sering kali menggunakan bahasa asing, terutama bahasa
Inggris. Akibatnya, banyak dari mereka yang secara tidak sadar lebih memilih
menggunakan kata-kata dalam bahasa asing ketimbang bahasa Indonesia dalam
berkomunikasi sehari-hari. Misalnya, kata-kata seperti sorry, please,
thank you, atau bye sudah menjadi bagian dari percakapan harian
yang menggantikan kata-kata bahasa Indonesia seperti "maaf",
"tolong", "terima kasih", dan "sampai jumpa".
Selain itu, penggunaan bahasa gaul atau slank juga
makin mendominasi, terutama di kalangan remaja. Bahasa gaul yang dipenuhi
singkatan seperti "OTW" (on the way) atau "BTW" (by the
way) tidak hanya menggeser penggunaan bahasa Indonesia yang benar, tetapi juga
membingungkan mereka yang kurang paham dengan singkatan-singkatan tersebut.
Lebih parah lagi, dalam jangka panjang, hal ini dapat menurunkan tingkat
literasi berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Tantangan Pendidikan Bahasa Indonesia
Salah satu faktor yang turut mempengaruhi degradasi
bahasa Indonesia di kalangan generasi muda adalah pendekatan dalam pendidikan
bahasa Indonesia itu sendiri. Banyak siswa yang merasa bahwa pelajaran bahasa
Indonesia tidak sekompleks atau semenarik bahasa asing seperti bahasa Inggris,
Mandarin, atau Jepang. Kurikulum yang mungkin kurang berinovasi dan pengajaran
yang cenderung monoton membuat bahasa Indonesia tidak lagi dianggap penting
bagi sebagian siswa.
Selain itu, media massa dan konten hiburan yang
mengandalkan bahasa campuran atau bahkan lebih menonjolkan bahasa asing juga
turut memperlemah posisi bahasa Indonesia di mata generasi muda. Seiring
berjalannya waktu, bahasa Indonesia mungkin akan tersingkir jika tidak
dilakukan upaya yang serius untuk mengembalikan pesonanya.
Langkah-Langkah Revitalisasi Bahasa Indonesia
Menghadapi tantangan ini, perlu adanya upaya revitalisasi bahasa Indonesia agar tetap hidup dan lestari di kalangan generasi muda. Beberapa langkah penting yang bisa diambil antara lain.
1. Inovasi dalam Pendidikan Bahasa Indonesia
Pendidikan bahasa Indonesia harus lebih inovatif dan interaktif agar siswa merasa bahwa belajar bahasa Indonesia bukan sekadar kewajiban, melainkan kebutuhan. Penggunaan teknologi seperti aplikasi belajar bahasa, permainan interaktif, atau proyek literasi berbasis digital bisa menjadi cara menarik untuk meningkatkan minat siswa. Selain itu, perlu ada penekanan pada kemampuan kreatif, seperti menulis cerpen atau puisi, agar siswa lebih menghargai keindahan bahasa Indonesia.
2. Penguatan Regulasi Bahasa
Pemerintah perlu memperkuat regulasi penggunaan bahasa Indonesia, terutama di ruang publik dan media massa. Tayangan televisi, iklan, dan media sosial harus memperhatikan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pemantauan terhadap konten berbahasa asing yang terlalu mendominasi juga perlu dilakukan untuk menjaga agar tidak terjadi penurunan kualitas penggunaan bahasa Indonesia.
3. Gerakan Cinta Bahasa Indonesia
Perlu diadakan gerakan cinta bahasa Indonesia yang melibatkan generasi muda secara aktif. Kampanye literasi digital yang menekankan pentingnya penggunaan bahasa Indonesia bisa dilakukan melalui media sosial, yang merupakan platform utama mereka. Kompetisi menulis, berbicara, dan debat dalam bahasa Indonesia juga bisa diadakan di sekolah-sekolah dan kampus untuk membangun kebanggaan terhadap bahasa nasional.
4. Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Konten Kreatif
Generasi muda sangat dipengaruhi oleh konten kreatif seperti video YouTube, podcast, dan TikTok. Oleh karena itu, konten kreator lokal perlu didorong untuk menggunakan bahasa Indonesia dalam karya-karya mereka. Pemerintah bisa memberikan insentif atau penghargaan kepada kreator yang menghasilkan konten berkualitas dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
5. Penyegaran Kamus Istilah Modern
Pusat Bahasa perlu aktif memperbarui kamus dan istilah bahasa Indonesia yang bisa menampung istilah-istilah modern tanpa harus meminjam dari bahasa asing. Proses adaptasi ini penting agar generasi muda merasa bahwa bahasa Indonesia juga mampu mengikuti perkembangan zaman.
Kesimpulan
Revitalisasi bahasa Indonesia di kalangan generasi
muda bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab bersama
seluruh masyarakat. Pendidikan, media, dan lingkungan keluarga harus mendukung
upaya pelestarian bahasa Indonesia. Jika kita tidak segera bertindak, maka
Bahasa Indonesia bisa semakin terpinggirkan di negeri sendiri. Dengan
langkah-langkah yang tepat, bahasa Indonesia bisa kembali menjadi kebanggaan
generasi muda, serta tetap menjadi lambang persatuan dan identitas bangsa.
0 Komentar