KENALI PERKEMBANGAN EMOSI PADA REMAJA

Remaja dan Perkembangan Emosional: Pendekatan Berbasis Intervensi

Oleh : Pertiwi Nurani, S.Psi., M.Psi., Psikolog (Departemen Kesehatan & Lingkungan)

    Perkembangan emosional pada remaja merupakan aspek krusial dalam fase transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada masa ini, individu mengalami perubahan signifikan dalam hal identitas, hubungan sosial, dan pengaturan emosi. Menurut Blader et al. (2025), perkembangan regulasi emosi pada remaja melibatkan transisi dari ketergantungan pada pengasuh menuju peningkatan keterlibatan teman sebaya dan diri sendiri dalam mengelola emosi. Proses ini dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal yang kompleks, termasuk perubahan biologis dan sosial yang terjadi selama masa remaja.

    Adapun karakteristik perkembangan emosi pada remaja diantaranya: 1) ketidakstabilan emosi dan rendahnya kemampuan regulasi emosi mengacu pada kesulitan mengidentifikasi emosi sendiri dan tidak memahami cara mengelola emosi dengan baik. 2) kesulitan untuk mengendalikan emosi negatif seperti marah meledak-ledak, mudah bosan, mudah cemas dan mudah sedih. Emosi negatif lebih sering dirasakan dibandingkan emosi positif seperti senang, bahagia, bangga, kuat, dan optimis. 3) Kemampuan regulasi emosi pada anak Perempuan cukup lebih baik dibandingkan anak laki-laki. Hal ini dapat disebabkan oleh peran sosial yang perlu emban serta pandangan sosial bahwa laki-laki tidak perlu merasakan banyak emosi karena akan menghambat dirinya.

    Selama periode remaja, terdapat peningkatan sensitivitas terhadap rangsangan emosional, yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dan perilaku. Model sistem ganda dalam perkembangan otak remaja menunjukkan bahwa sistem sosioemosional berkembang lebih cepat dibandingkan dengan sistem kontrol kognitif, yang dapat berkontribusi pada perilaku impulsif dan pencarian sensasi pada remaja. Hal ini menekankan pentingnya pemahaman terhadap dinamika otak remaja dalam konteks perkembangan emosional mereka.

    Namun, perkembangan emosional remaja tidak selalu berjalan mulus. Faktor-faktor seperti tekanan akademik, pengaruh media sosial, dan dinamika keluarga dapat mempengaruhi kesejahteraan emosional remaja. Penelitian oleh Wells, Hunnikin, Ash, et. al., (2021) mengemukakan bahwa anak dan remaja yang kesulitan pengenalan emosi dapat menyebabkan masalah mental hal termasuk ketidakmampuan mengenali ekspresi wajah dengan tepat. Selain itu, dengan memberikan pelatihan pengenalan emosi pada anak dan remaja, maka bisa diprediksi masalah kesehatan mentalnya di enam bulan kemudian. Tidak hanya itu, kemampuan mengeidentifikasi dan mengekspresikan emosi dengan tepat dapat membantu siswa meregulasi emosinya dengan lebih baik. Dengan pendekatan yang tepat, seperti intervensi berbasis emosi, dapat membantu meningkatkan ketahanan emosional dan kesejahteraan remaja.

    Dengan memahami dinamika perkembangan emosional pada remaja, kita dapat merancang intervensi yang lebih efektif untuk mendukung kesejahteraan mereka. Salah satu pendekatan intervensi psikologis yang terbukti efektif dalam membantu individu mengelola emosi mereka secara sehat adalah expressive writing. Expressive Writing adalah jenis tulisan yang berfokus pada ekspresi emosi, pikiran, dan pengalaman pribadi penulis tanpa terlalu memperhatikan struktur atau tata bahasa yang formal. Tujuan utama dari expressive writing adalah untuk mengungkapkan perasaan secara jujur dan mendalam, sering kali sebagai bentuk refleksi atau terapi psikologis.


Posting Komentar

0 Komentar